30 May Rajut dan Tenun: Apa Maknanya untuk Usaha Garmen?
Bisnis garmen di Indonesia adalah salah satu usaha dengan prospek yang bagus dan menjanjikan. Garmen atau yang sering disebut sebagai konveksi merupakan salah satu bisnis yang memang berhubungan erat dengan produk industri konveksi, yaitu kain dan pakaian. Memilih dan mengenali jenis kain sangat penting dalam menjalankan usaha garmen. Jenis kain dasar yang umum digunakan dalam usaha garmen adalah kain rajut dan tenun.
Lantas, apa saja perbedaan diantara kedua jenis kain tersebut? Lalu apa makna dan kegunaan masing-masing kain tersebut bagi usaha garmen? Berikut penjelasannya:
Daftar Isi
Kain Rajut
Prinsip pembuatan kain rajut adalah dengan menyusun satu set benang hingga membentuk jalinan-jalinan dengan rangkaian sedemikian rupa. Kain rajutan dapat berupa hasil buatan tangan serta hasil rajutan mesin. Kain hasil rajutan mesin terlihat lebih halus, sehingga agak sulit dikenali dibanding rajutan tangan. Di pabrik, proses perajutan umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin rajut.
Kain Tenun
Adapun kain tenun adalah kain yang dibuat dari serat kain dengan cara menciptakan pola saling silang menyilang antara dua set benang yang berasal dari dua arah. Benang-benang ini saling menganyam satu sama lain dengan letak relatif lurus. Kain tenun dapat dihasilkan dari alat tenun tangan dan alat tenun listrik.
Sifat dan Penggunaan Kain Rajut di Usaha Garmen
Kain rajut mempunyai sifat dapat meregang dan memiliki ujung yang melengkung. Sehingga bagi para pengrajin tekstil, proses pengerjaan kain rajut lebih sulit dibanding kain tenun. Kain rajut terkenal dengan tekstur kainnya yang lebih lembut dari kain tenun. Kain rajut juga lebih fleksibal dan elastis dibanding kain tenun. Karena sifat-sifat tersebut, kain rajut banyak digunakan untuk produk seperti handuk, T-shirt, legging, dan pakaian dalam.
Sifat dan Penggunaan Kain Tenun di Usaha Garmen
Berbeda dengan kain rajut, kain tenun tidak mudah meregang dan tidak seelastis kain rajut. Umumnya, kain tenun memiliki karakteristik kain yang ketat, keras, dan lebih kaku. Oleh karena itu, kain tenun lebih cocok digunakan untuk membuat model pakaian yang memiliki lipatan. Kemeja, celana panjang, denim, dan jeans adalah contoh produk yang berbahan dasar kain tenun.
Secara umum, walaupun prinsip dasar pembuatan kain rajut dan tenun memang tidak jauh berbeda, perlu diperhatikan bahwa karakteristik dan makna penggunaan kedua kain tersebut dalam industri konveksi ternyata berbeda. Jenis produk garmen yang berbeda akan membutuhkan jenis kain yang berbeda pula. Yang paling penting adalah kenali jenis kain Anda terlebih dahulu, kemudian cocokkan dengan jenis produk garmen seperti apa yang ingin Anda produksi.
Kamilah oktaviani
Posted at 06:18h, 25 AprilMengenai klasifikasi kain rajut dan kian tenun